Sensor Hidung Elektronik (E-nose) E-nose terdiri dari array sensor dan pattern recognition systems (PRS). Mirip dengan persepsi sensorik dari bau manusia, susunan sensor dengan sensor gas metal oxide semiconductor (MOS) menghasilkan karakteristik yang khas setelah menerima dan mereaksikan senyawa aromatik. Selain itu, PRS, mirip dengan otak manusia yang dapat membedakan sampel dengan karakteristik yang beragam. Teknologi ini telah mengintegrasikan metode matematika secara bersamaan dapat mengidentifikasi senyawa volatil sebagai bau pada sampel seperti teh. Senyawa volatil yang ada dalam aroma makanan dapat diubah menjadi elektronik sinyal dari e-nose array, dalam bentuk output digital. Karena setiap bahan organik yang mudah menguap menunjukkan pola eksklusif. Pola ini dapat diterapkan untuk diagnosis perubahan kualitas bau makanan dan kesimpulan jenis makanan.
E-nose digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan jenis teh yang berbeda berdasarkan teh berasal, waktu fermentasi optimal, nilai kualitas, pemantauan kepahitan dan tingkat astringency berdasarkan rasio campuran. Sensor gas yang digunakan untuk mendiagnosis kualitas teh adalah 10 sensor MOS. Hidayat dkk. (2019) merancang e-nose buatan lab dengan 10 MOS sensor gas (Taguchi, TGS, seri), untuk menilai kualitas teh selama pemrosesan di pabrik bagian produksi. Sensor ini melakukan pengambilan sampel dan purging untuk melakukan analisis sampel teh secara real-time pada suhu 21 C dan kelembaban relatif 10%. Gambar 1. (a) E-nose menggunakan delapan sensor gas MOS yang diterapkan di bagian produksi teh pabrik, terdiri dari komputer dengan alat chemometric (A), bagian utama dari perangkat e-nose dilengkapi dengan sistem pengambilan sampel yang memiliki dua katup elektronik (sistem tiga arah) untuk mengatur aliran udara (B), dan ruang sampel (C). (b) diagram grafik alat e-nose (DAQ adalah data unit akuisisi).
Teknologi e-nose fase gas (GP-e-nose), bersama dengan statistik multivariat (MVSA), telah digunakan untuk menentukan evaluasi sensorik objektif teh, dengan analisis kualitas aromanya. GP-e-nose mampu mencirikan dengan cepat perubahan dinamis yang disebabkan oleh suhu pengeringan yang tinggi. Selain itu, integrasi GP-e-nose dan MVSA telah digunakan untuk mengevaluasi aroma kualitas teh. Hasil e-hidung dapat disimpulkan bahwa lima dari sepuluh sensor dapat membedakan dua kultivar, khususnya, S2 (sulfida). dan hidrogen sulfida), S6 (biogas, metana, dan hidrokarbon), S7 (gas yang mudah terbakar), dan S10 (gas dan alkana yang mudah terbakar).
Daftar Pustaka: 1. Gharibzahedi, S.M.T.; Barba, F.J.; Zhou, J.; Wang, M.; Altintas, Z. Electronic Sensor Technologies in Monitoring Quality of Tea: A Review. Biosensors 2022, 12, 356. https://doi.org/10.3390/bios12050356 2. Hidayat, S.N.; Triyana, K.; Fauzan, I.; Julian, T.; Lelono, D.; Yusuf, Y.; Ngadiman, N.; Veloso, A.C.A.; Peres, A.M. The Electronic Nose Coupled with Chemometric Tools for Discriminating the Quality of Black Tea Samples In Situ. Chemosensors 2019, 7, 29. |